POSTED BY : Kartika Luthfia Rabu, 31 Juli 2013
Tata Surya juga mengalami proses pembentukan yang alami dan panjang. Itu dapat dilihat dari berbagai hepotesis yang mengalami perkembangan dari masa ke masa. Hipotesis-hipotesis inilah yang selama ini sempat dipercaya dan digunakan para ilmuwan ketika membicarakan tata surya. Hipotesis-hipotesis tersebut yaitu:
1. Hipotesis Nebula
Immanuel Kant (1724-1804) adalah sosok yang pertama kali mengemukakan Hipotesis Nebula. Menurut hipotesis ini, pada tahap awal Tata Surya masih berupa kapur raksasa. Kabut tersebut terbentuk dari debu, es, dan gas (nebula). Karena gaya gravitasi, kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan menjadi bintang raksasa yang disebut matahari.
2. Hipotesis Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton. Mereka mengenalkannya pada tahun 1900. Menurut hipotesis planetisimal, terbentuknya tata surya akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis ini sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Adapun letak pembedanya pada jumlah awalnya matahari.
4. Hipotesis Kondensasi
Pada tahun 1905-19733 Astronom Belanda bernama G.P. Kuiper mengenalkan hipotesis kondensasi. Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa itu yang disebut teori Hipotesis Kondensasi.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Fred Hoyle (1915-2001) mengemukakan Hipotesis Bintang Kembar. Hipotesis ini sudah dikenal sejak tahun 1956. Menurut hipotesis ini, semula tata surya berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan. Seiring lamanya waktu, salah satu dari bintang itu meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu kemudian terperangkat dalam gravitasi bintang-bintang yang lain. Meski demikan, serpihan-serpihan itu tidak meledak, malahan selalu berputar.